Mbah Pithi merupakan salah satu mitra BankZiska Kluster Jamaah Masjid Darul Arqam Jetis. Ia memiliki usaha warung sederhana yang menjajakan aneka gorengan dan juga kopi di daerah Jetis. Di usianya yang hampir 80 tahun, ia masih semangat berjualan. Pagi hari ini saya janjian di warung mbah Pithi dengan Pak Budi Relawan BankZiska Masjid Darul Arqam.
Ditemani Pak Budi saya pesan jahe begitu juga pak Budi yang memesan kopi, sambil menikmati puli goreng anget. Sembari menikmati kopi dan jahe kita ngobrol santai dengan mbah Pithi.
“Buka jam pinten mbah?” (Buka jam berapa mbah?)
“Bar subuh mas sampun bikak, mangke jam gangsal sonten tutup, lajeng magrib ngisyak ten masjid,” Jawab mbah pithi. “(Habis subuh mas sudah buka, nanti jam 5 sore tutup lalu maghrib isya’ ke Masjid)”
Mbah Pithi adalah mitra loyalitas BankZiska, yang sangat bahagia gabung dengan BankZiska. Ia sempat ditolak oleh sebuah lembaga keuangan karena sudah tua. Saya tahu kenapa Mbah Pithi tidak dibiayai. Secara analisis keuangan, Ia berpotensi merugikan. Inilah khasnya kapitalis, semuanya diukur untung rugi materi saja.
Bersama Pak Budi saya ngobrol tentang berbagai dinamika BankZiska dan para mitra. Apalagi setelah BankZiska Lazismu menjadi rekomendasi musywil 16 Muhamadiyah Jawa Timur. Di sela-sela serius ngobrol, Mbah Pithi menyerahkan secarik kertas dan pulpen.
“Kagem nopo mbah?” Tanya saya. (Untuk apa Mbah?)
“Tulung kulo ditulisaken dungo sehat badan, paningal lan talingan kulo. Dungo ingkang riyin di ngaji sareng² wonten masjid.” (Tolong saya dituliskan doa sehat badan, mata dan telinga. Doa yang dulu pernah di baca sama-sama di Masjid)
Saya memang pernah ngisi materi tentang dzikir pagi di pertemuan bulanan mitra. Ternyata mbah pithi masih kemutan (ingat). Mbah pithi tidak bisa ngaji Arab, baca huruf Latin juga tidak lancar. Akhirnya doa saya tulis dalam huruf Latin Kapital yang mudah dibaca dengan aksen dialek Jawa.
ALLOHUMA NGAFINI FI BADANI
ALLOHUMA NGAFINI FI SAMNGI
ALLOHUMA NGAFINI FI BASORI
LA ILAHA ILLA ANTA
Doa ini sebenarnya masih ada lanjutannya namun saya penggal sekian dengan pertimbangan supaya mudah dibaca dan dipahami Mbah Pithi dengan baik. InsyaAllah makna dan artinya sudah tersampaikan.
Bercengkrama silaturahim dengan Mitra adalah agenda rutin kami. Merekapun sangat bahagia kita kunjungi. Ketika saya mau bayar, ditahan sama mbah pithi. Ternyata sudah dibayari sama Pak Budi. Saya lihat Pak Budi tidak mengeluarkan uang, ternyata sudah titip uang di warung Mbah Pithi. Lalu sewaktu-waktu Pak Budi bisa makan di warung Mbah Pithi. MasyaAllah, semoga keberkahan selalu meliputi Pak Budi dan Mbah Pithi. Aamiin. (Faruq Ahmad Futaqi)